Langsung ke konten utama

Standar Prosedur Operasional Pengkajian Fisik Frakture


STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
Pengkajian Fisik Frakture

Pengertian

Frakture adalah Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, baik yang bersifat total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma. Terjadinya suatu fraktur lengkap atau tidak lengkap ditentukan oleh kekuatan, sudut dan tenaga, keadaan tulang, serta jaringan lunak di sekitar tulang(Helmy, 2011)

Tujuan

Mengetahui adanya trauma muskuloskletal

Fase Preinteraksi

  1. Cek Rekam Medis pasien
  2. Persiapan diri

Fase Orientasi

  1. Mengucap salam dan perkenalkan diri
  2. Klarifikasi nama dan umur /alamat pasien
  3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kpd pasien dan keluarga
  4. Kontrak waktu
  5. Beri kesempatan bertanya
  6. Minta persetujuan pasien/keluarga
  7. Dekatkan alat
  8. Jaga privasi

Fase Kerja

Anamnesa secara langsung atau tidak langsung kepada pasien tentang kejadian trauma yang terjadi yang mengakibatkan frakture .

  1. Kaji
  • Riwayat Penggunaan Obat-obatan pengencer darah
  • Adanya faktor predisposisi – Fraktur patologis yang disebabkan oleh osteoporosis
  1. Look
  • Syok, anemia atau perdarahan
  • Kerusakan pada oragn lain – intraabdomen, atau pneumothoraks,
  • Bandingkan dengan bagian yang sehat
  • Perhatikan posisi anggota gerak
  • Keadaan umum pasien
  • Expresi karena nyeri
  • Lidah kering atau basah
  • Konjugtiva yang anemis
  • Luka
  • Extravasasi (Bengkak – elastic bandage )
  • Vaskularisasi ( sianosis?)
  1. Fell
  • Temperatur
  • Nyeri Tekan
  • Krepitasi
  • Pemeriksaan vaskularp pada area distal trauma
  • Capilary refill
  • Pengukuran Tungkai – panjang kanan kiri sama tau tidak
  1. Listen and Move
  • Pasien mampu menggerakan area yang sakit atau tidak
  • Biasanya dilakukan untuk mendengar bising fistula arteriovenosa .

Fase Terminasi

  1. Evaluasi respon pasien
  2. Simpulkan hasil prosedur yang dilakukan : SOAP
  3. Berikan reinforcement atas kemampuan pasien
  4. Berikan pendidikan kesehatan tentang Imobilisasi pada kaki yang mengalami patah tulang .  
  5. Doakan kesembuhan pasien
  6. Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan  selanjutnya
  7. Mengucapkan alhamdulillah setelah selesai tindakan
  8. Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOP Bladder Training

Bladder Training 1.       Persiapan Alat ü   Klem kateter/ klem arteri ü   Penampung urin (pispot) ü   Alat pelindung diri (APD) 2.       Tahap Pra Interaksi ü   Verifikasi order : akan melakukan bladder training pada klien Ibu M. ü   Siapkan alat-alat ü   Siap bertemu dengan klien 3.       Tahap Orientasi ü   Berikan salam, panggil klien dengan nama serta memperkenalkan diri (“permisi Ibu< benar ini dengan Ibu M? oiyah baiklah ibu, perkenalkan ibu saya perawat Neza yang hari ini bertugas hari ini dari pukul 08.00 hingga pukul 14.00 siang nanti”) ü   Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan keluarga (“Ibu , tujuan saya kesini yaitu akan melakukan bladder training, maksudnya yaitu ibu sedang terpasang selang pipis jadi agar ibu tidak terlalu bergantung dengan selang pipis maka akan saya latih pelan-pelan agar mampu nanti nya pipis dengan lancer dan normal apabila selang pipis telah dilepaskan. Mengingat kondisi ibu yang sudah semakin m

Laporan Pendahuluan Kebutuhan aman dan Nyaman :Nyeri Akut

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN : NYERI AKUT A.       DEFINISI Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan, yang bersifat subyektif, yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan dan potensial kerusakan (Internasional Assosiation for the Study of Pain [IASP], 2012). Nyeri bersifat sangat individual yang dipengaruhi aspek biologi, sosial, dan spiritual. Sedangkan menurut NANDA Nursing Diagnosis (2011), nyeri adalah ketidaknyamanan sendori dan pengalaman emosional disebabkan adanya kerusakan jaringan secara aktual maupun potensial. Secara umum, nyeri dikategorikan menjadi nyeri akut dan nyeri kronik. Menurut NANDA (2011) nyeri akut adalah nyeri kurang dari 6 bulan dan nyeri Kronis adalah nyeri dengan durasi lebih dari 6 bulan. Pengkategorian tersebut sesuai dengan Smeltzer dan Barae (2010) bahwa nyeri dinyatakan kronis jika telah timbul selama 6 bulan atau lebih, terlalu lama untuk mengungkapkan bahwa nyeri termasuk nyeri kro

Laporan Pendahuluan Kebutuhan Pola Eliminasi

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEBUTUHAN POLA ELIMINASI : DIARE A.       DEFINISI Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh. Pembuangan dapat melalui urine atau bowel. (Tarwoto&Wartonah, 2006). Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan jarang buang air besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan huknah, baik huknah tinggi maupun huknah rendah. Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon desenden dengan menggunakan kanul rekti. Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa bowel (feses). Pengeluaran feses yang sering, dalam jumlah besar dan karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan rendahnya insiden kanker kolorektal (Robinson& Weigley, 1989). Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekwensi de