Langsung ke konten utama

waham dan cara mengatasinya






Waham dan cara mengatasinya




penderita gangguan jiwa kadang berperilaku aneh, seperti selalu terlihat ketakutan, mengurung  diri  dirumah  dengan  jendela  tertutup,  tidak  berani  keluar  rumah.  Hal tersebut  terjadi  karena  dia  merasa  dirinya  terncam.  Dia  berkeyakinan  bahwa  ada

seseorang   diluar   sana   yang  berusaha  mencelakakannya.   Padahal,  dalam   kenyataannya, semuanya berjalan normal. Tidak ada seorangpun yang berupaya mencelakakan dirinya.

Perilaku  aneh  lainnya  yang  sering  ditemui,  misalnya:  menutup  dan  memindahkan cermin atau layar TV karena dia yakin bahwa cermin atau TV tersebut memata-matai dirinya; Tidak mau makan karena percaya bahwa ada racun dimakanannya; Dia yakin bahwa dirinya manusia super, jadi utusan Tuhan atau bahkan yakin bahwa dirinya adalah tuhan.

Perilaku aneh pada penderita gangguan jiwa tersebut terjadi karena mereka mengalami waham (delusi), yaitu memiliki suatu kepercayaan atau keyakinan yang menetap (persistent) jelas jelas salah, tidak sesuai dengan kenyataan atau bertentangan dengan kepercayaan atau keyakinan orang orang lain di masyarakatnya.

Waham bisa digolongkan kedalam beberapa golongan seperti waham aneh (bizzare) dan waham tidak aneh. Waham aneh, misalnya: yakin bahwa dirinya tuhan, percaya bahwa dirinya sudah mati dan jiwanya terperangkap dalam badan yang sudah mati, percaya bahwa cermin di kamarnya mengamati dirinya, percaya bahwa orang orang disekitarnya bisa membaca pikirannya,  ada  orang  yang  mencangkokkan  pikiran  diotaknya.    Disebut  aneh  karena  hal tersebut sangat tidak masuk akal dan tidak mungkin terjadi. Contoh waham yang tidak aneh, misalnya: percaya bahwa ada orang diluar sana yang berusaha membunuhnya, percaya bahwa dimakanannya ada racun. Disebut tidak aneh karena hal tersebut bisa saja terjadi bahwa memang ada seseorang yang ingin membunuh orang tersebut. Berdasar temanya, waham juga bisa dikelompokkan kedalam waham kebesaran (contoh: yakin dirinya manusia super), waham curiga (contoh: yakin bahwa ada seseorang yang ingin mencelakai dirinya), waham yang menyiksa (persecutory delusion, misalnya: menyuruh bunuh diri atau menganiaya diri sendiri), waham referensi (misalnya: percaya bahwa berita di radio atau TV membicarakan dirinya), waham  somatic (misal:   yakin bahwa tubuhnya besar sebelah atau punya penyakit berat), waham cinta (missal: yakin ada seorang terkenal jatuh cinta padanya).

Waham sering disertai dengan halusinasi. Misalnya, seorang penderita gangguan jiwa yang percaya bahwa ada iblis yang menguasai dirinya, dia mendengar suara iblis yang mencaci maki, mengejek dan menyuruhnya mencelakai dirinya. Penderita tersebut mengalami waham dan halusinasi.




Waham tidak terbentuk secara tiba tiba. Meskipun demikian, selama dalam proses pembentukan waham tersebut, penderita tidak sadar bahwa ada kepercayaan atau keyakinan yang tidak sesuai kenyataan yang mulai terbentuk. Selama dalam proses pembentukan tersebut, semua data atau informasi yang tidak sesuai dibuang, sedangkan data atau informasi yang sesuai dipakai untuk memperkuat kepercayaan atau keyakinanannya tersebut. Misalnya, seseorang yang mulai percaya bahwa ada seseorang diluar sana yang akan membunuhnya, maka  ketika  ada  orang yang tidak dikenal lewat didepan rumahnya, kenyataan  itu dipakai sebagai dasar meneguhkan kepercayaan bahwa ada seseorang ingin membunuhnya.

Waham yang dipunyai kadang hanya berupa satu waham yang sederhana, namun sering waham tersebut lebih dari satu dan rumit. Misalnya, seseorang percaya bahwa gadis yang dicintainya adalah malaikat dan dirinya adalah manusia super yang dipilih tuhan untuk menyelamatkan Indonesia dari kehancuran.

Dalam perjalanannya, waham tersebut bisa mengendap atau terbungkus rapi dan tidak muncul dalam kehidupan sehari-hari.  Penderita berperilaku seperti orang normal biasa. Kadang waham bisa berjalan beriringan dengan kenyataan. Misalnya seseorang yang percaya bahwa cermin dan TV memata-matai dirinya, dia hidup biasa dengan menyingkirkan cermin dan TV yang ada dirumahnya. Waham bisa juga hanya muncul dalam kondisi atau setelah mengalami kejadian tertentu (misalnya: ketemu orang tertentu, sehabis dimarahi orang tuanya).

Cara mengatasi:

Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan penyebab timbulnya waham, seperti adanya kelainan di otak, gangguan keseimbangan kimia otak, dan trauma psikologis. Meskipun demikian, hingga sekarang penyebab dan mekanisme atau proses timbulnya waham belum diketahui secara pasti. Belum ada pemeriksaan laboratorium, foto maupun pemeriksaan fisik yang bisa menjelaskan penyebab dan proses timbulnya waham.

Beberapa obat anti psikosis bisa dipakai untuk menekan timbulnya waham. Karena obat tersebut tidak bisa menghilangkan penyebab timbulnya waham, maka bila obat tersebut dihentikan, waham tersebut akan muncul kembali. Selain itu, dalam jangka panjang obat anti psikosis dinilai kurang efektif dan mempunyai beberapa efek samping yang mengganggu. Cara mengatasi waham yang dianjurkan oleh para ahli adalah dengan memberikan terapi atau dukungan psikososial.

Penderita gangguan jiwa sangat percaya atau yakin dengan wahamnya. Mereka tidak mengeluhkan  isi  wahamnya.  Mereka  biasanya  mengeluhkan  akibat  dari  adanya  waham tersebut. Misalnya, karena dia punya waham curiga (ada seseorang yang ingin membunuhnya), maka yang bersangkutan mengeluh karena merasa gelisah, takut, khawatir, tidak bisa tidur, tidak berani keluar rumah. Dia tidak mengeluhkan wahamnya tapi mengeluhkan dampak dari




adanya waham tersebut. Seorang penderita dengan waham kebesaran, sering mengeluh karena orang lain tidak mau menuruti perintahnya.

Pintu masuk membantu penderita gangguan jiwa yang mempunyai waham adalah dengan  cara  mengatasi  dampak  dari  wahamnya  tersebut.  Dalam  mengatasi  dampak  dari waham, mau tidak mau masalah waham tersebut juga digarap.

Ada berbagai cara atau teknik untuk mengatasi halusinasi. Tidak setiap cara sesuai atau cocok untuk masing masing orang. Untuk membantu penderita mengatasi wahamnya, perlu dicoba berbagai cara yang kira kira sesuai.

1.   Terapi perilaku kognitif.

Sebelum  membahas  tentang  teknik  terapi  perilaku  kognisi,  perlu  dipahami  dulu beberapa konsep dasar sederhana tentang keterkaitan antara beberapa hal berikut: kejadian, pikiran/ keyakinan, perasaan, reaksi tubuh dan perilaku.

Misalnya ada suatu kejadian: seseorang meludah didepan kita. Maka, akan muncul sebuah pikiran atau kepercayaan (misalnya: oran tersebut menghina saya). Pikiran tersebut membuat kita marah. Perasaan marah yang timbul membuat jantung berdegup lebih cepat dan membuat kita melakukan peri laku agresif (mengomel, mencaci maki). Dari ilustrasi tadi, ada kaitan yang jelas antar suatu kejadian, dengan pikiran, perasaan, tanda tubuh dan perilaku yang muncul.

Perlu ditekankan disini bahwa antara kejadian (misalnya: seseorang meludah di depan kita), bisa diartikan bermacam macam. Kejadian bahwa seseorang meludah di depan kita bisa diartikan  sebagai  orang  tersebut  menghina  kita  (sehingga  kita  marah),  namun  bisa  juga diartikan bahwa ada seseorang sedang sakit di mulutnya atau merasakan sesuatu yang tidak enak, sehingga dia terpaksa meludah di depan kita (akibatnya  kita bisa menerima perilaku orang tersebut).

Dengan memakai pengertian dasar tersebut, langkah berikut perlu dilakukan untuk memahami waham dan mengupayakan langkah untuk mengatasinya.

a.   Membuat catatan

Pikiran atau kepercayaan yang dipunyai oleh seorang penderita gangguan jiwa perlu dicacat. Seorang penderita mungkin mempunyai beberapa keyakinan atau kepercayaan.  Dalam catatan tersebut perlu ditulis isi pikiran atau kepercayaan tersebut, bagaimana perasaan ketika pikiran tersebut muncul (marah, sedih, takut, dll), perilaku (menyendiri, teriak teriak, menangis) dan reaksi tubuh (detak jantung cepat, napas sering dan pendek, sakit kepala).




b.   Menilai perasaan (kekhawatiran, kesedihan, ketakutan)

Berilah nilai/ skor (misal antara 1-100) seberapa kuat penderita percaya pada pikiran tersebut dan seberapa besar pikiran tersebut menyebabkan perubahan pada perasaan atau suasana hati.

c.   Carilah pemicu

Ketika pikiran atau kepercayaan mulai terbentuk, coba identifikasi hal hal yang telah menjadi pemicu. Misalnya: Pikiran tersebut mulai timbul setelah penderita bertengkar dengan seseorang atau jika penderita kurang tidur.

d.   Pertimbangkan arti lain dari suatu kejadian

Ketika ada orang tidak dikenal lewat, mungkin itu memang hal biasa. Jangan diartikan bahwa orang tersebut merupakan mata mata.

e.   Cari bukti pendukung.

Kumpulkan   bukti   bukti   yang   mendukung   maupun   yang   menolak   pikiran   atau kepercayaan tersebut. Bukti bukti tersebut akan bisa membuat penderita berpikir lebih rasional.

f.    Berbagi pengalaman

Berbagi  pengalaman, pikiran  dan  perasaan  anda  kepada orang orang terdekat  akan dapat membantu anda mengenali dan memperbaiki pola pikir yang tidak sehat.




2.   Menerapkan pola hidup sehat.

Munculnya waham biasanya terkait dengan adanya stress atau tekanan hidup. Menerapkan pola hidup sehat dan menjauhi stress akan dapat memperlemah dan mengurangi munculnya waham. Beberapa pola hidup sehat yang perlu diterapkan:

a.   Cukup tidur.

Kurang tidur dapat menjadi pemicu utama dalam munculnya atau berkembangnya waham.  Cobalah  untuk  memprioritaskan  terbentuknya  pola  tidur  yang  teratur.  Bersantai dengan mandi air hangat atau membaca buku yang bagus sebelum tidur dapat membantu penderita untuk tidur dengan mudah. Lakukan cukup olah raga di siang hari karena fisik yang lelah akan dapat membantu penderita untuk lebih mudah tidur..




b.   Hindari obat-obat terlarang dan minuman keras.

Ada kaitan yang jelas antara obat (narkoba) dan alkohol dengan munculnya waham. Menghentikan atau mengurangi penggunaan alkohol/ obat obat terlarang akan membantu penderita untuk lebih bisa   mengendalikan pikirannya, dan membuatnya lebih mudah untuk merasionalisasi perasaannya.

c.   Menjernihkan pikiran

Jika  munculnya waham  dipicu oleh kecemasan,  stres dan  khawatir,  maka  penderita mungkin bisa menerapka teknik relaksasi atau banyak berdzikir agar dapat membantunya menenangkan perasaan dan menghentikan kecemasan tersebut.

Dalam agama Islam, pemahaman yang benar terhadap arti tauhid akan sangat penting dalam menghilangkan kecemasan.  Bila seseorang percaya bahwa Allah yang Maha Kuasa bisa menyembuhkan penyakit atau memecahkan semua masalah yang dihadapi, maka tidak ada lagi yang   perlu   dicemaskan.   Tidak   ada   masa   depan   yang   perlu   dicemaskan.   Begitu   pula, pemahaman bahwa Allah itu Maha Pengampun, maka tidak perlu ada kesalahan masa lalu yang membuat gelisah.

d.   Bergaul dengan masyarakat

Bergaul dengan masyarakat, khususnya masyarakat yang mau menerima para penderita gangguan jiwa apa adanya, akan sangat membantu pemulihan jiwa secara keseluruhan. Dengan merasa menjadi anggota masyarakat, maka sedikit demi sedikit akan tumbuh kepercayaan diri dan dorongan untuk semakin meningkatkan kesehatan jiwanya.










Daftar Kepustakaan





1.   Edward J. Neidhardt, MD, Irene Ortiz, MD, JM Wirght, MD, PhD, Mary Roesel, MD, New Direction in Psychiatry, published on Psychiatric Times (www.psychiatrictimes.com) diakses pada 30 January 2014.
2.   National Institute of Mental Health, National Institute of Health, Department of Health and Human Service, United State of America website on  mental health Information di alamat    http://www.nimh.nih.gov/health/topics/index.shtml , diakses pada 31 Januari
2014.

3.   National  Empowerment  Center  website  (http://www.power2u.org/)  diakses  pada  4

Februari 2014.

4.   Substance Abuse and Mental health Service Administration (SAMHSA), Department of Health and Human Service, Amerika Serikat website (http://www.samhsa.gov/) diakses pada 24 Januari 2014.
5.   Jeffrey A. Lieberman, M.D., T. Scott Stroup, M.D., M.P.H., Joseph P. McEvoy, M.D., Marvin S. Swartz, M.D., Robert A. Rosenheck, M.D., Diana O. Perkins, M.D., M.P.H., Richard S.E. Keefe, Ph.D., Sonia M. Davis, Dr.P.H., Clarence E. Davis, Ph.D., Barry D. Lebowitz, Ph.D., Joanne Severe, M.S., and John K. Hsiao, M.D. for the Clinical Antipsychotic Trials of Intervention Effectiveness (CATIE) Investigators, Effectiveness of Antipsychotic  Drugs  in  Patients  with  Chronic  Schizophrenia,  N  Engl  J  Med  2005;
353:1209-1223September 22, 2005DOI: 10.1056/NEJMoa051688

6. International Hearing Voices network, diakses pada 5 Februari 2014 di website http://www.intervoiceonline.org/tag/hearing-voices-network
7.   Petrus  Ng,  Ricky  W.K.  Chun  adnd  Angela  Tsun,  Recovering  from  Hallucinations:  A

qualitative Study of Coping with Voices Hearing of Pople with Schizophrenia in Hong




Kong,  The  Scientific  World  Journal,  Volume  2012,  Article  ID  232619,  8  pages  doi:

10.1100/2012/232619.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOP Bladder Training

Bladder Training 1.       Persiapan Alat ü   Klem kateter/ klem arteri ü   Penampung urin (pispot) ü   Alat pelindung diri (APD) 2.       Tahap Pra Interaksi ü   Verifikasi order : akan melakukan bladder training pada klien Ibu M. ü   Siapkan alat-alat ü   Siap bertemu dengan klien 3.       Tahap Orientasi ü   Berikan salam, panggil klien dengan nama serta memperkenalkan diri (“permisi Ibu< benar ini dengan Ibu M? oiyah baiklah ibu, perkenalkan ibu saya perawat Neza yang hari ini bertugas hari ini dari pukul 08.00 hingga pukul 14.00 siang nanti”) ü   Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan keluarga (“Ibu , tujuan saya kesini yaitu akan melakukan bladder training, maksudnya yaitu ibu sedang terpasang selang pipis jadi agar ibu tidak terlalu bergantung dengan selang pipis maka akan saya latih pelan-pelan agar mampu nanti nya pipis dengan lancer dan normal apabila selang pipis telah dilepaskan. Mengingat kondisi ibu yang sudah semakin m

Laporan Pendahuluan Kebutuhan aman dan Nyaman :Nyeri Akut

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN : NYERI AKUT A.       DEFINISI Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan, yang bersifat subyektif, yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan dan potensial kerusakan (Internasional Assosiation for the Study of Pain [IASP], 2012). Nyeri bersifat sangat individual yang dipengaruhi aspek biologi, sosial, dan spiritual. Sedangkan menurut NANDA Nursing Diagnosis (2011), nyeri adalah ketidaknyamanan sendori dan pengalaman emosional disebabkan adanya kerusakan jaringan secara aktual maupun potensial. Secara umum, nyeri dikategorikan menjadi nyeri akut dan nyeri kronik. Menurut NANDA (2011) nyeri akut adalah nyeri kurang dari 6 bulan dan nyeri Kronis adalah nyeri dengan durasi lebih dari 6 bulan. Pengkategorian tersebut sesuai dengan Smeltzer dan Barae (2010) bahwa nyeri dinyatakan kronis jika telah timbul selama 6 bulan atau lebih, terlalu lama untuk mengungkapkan bahwa nyeri termasuk nyeri kro

Laporan Pendahuluan Kebutuhan Pola Eliminasi

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEBUTUHAN POLA ELIMINASI : DIARE A.       DEFINISI Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh. Pembuangan dapat melalui urine atau bowel. (Tarwoto&Wartonah, 2006). Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan jarang buang air besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan huknah, baik huknah tinggi maupun huknah rendah. Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon desenden dengan menggunakan kanul rekti. Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa bowel (feses). Pengeluaran feses yang sering, dalam jumlah besar dan karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan rendahnya insiden kanker kolorektal (Robinson& Weigley, 1989). Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekwensi de