Jurnal tentang Dukungan Lingkungan Sosial terhadap Aktifitas Peran Ganda Perempuan Kelas Menengah Etnik Sunda. Ieke Sartika Iriany merupakan dosen yang mengajar di Universitas Garut
1.
Judul jurnal dan penulis
Dukungan Lingkungan Sosial terhadap Aktifitas Peran
Ganda Perempuan Kelas Menengah Etnik Sunda. Ieke Sartika Iriany merupakan dosen yang mengajar di
Universitas Garut.
2.
Latar belakang
Proses perubahan nilai sosial-budaya yang
sedang berlangsung di Indonesia telah memberikan harapan baru bagi perempuan,
antara lain didalam bidang pen-didikan dan berdampak terjadinya penggeseran
peran perempuan dari sektor domestik ke sektor publik. Pemanfaatan peluang
perubahan bidang pendidikan oleh perempuan terlihat dari tingkat par-tisipasi
perempuan dalam bidang pendidikan di Jawa Barat yang meningkat rata-rata 2,5 %
pada setiap jenjang pendidikan pada tahun 1997-1998 (BPS-Jabar: 1998). Hal ini
dapat memberikan peluang bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan
melalui keterbukaan lapangan kerja. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
aktifitas peranganda perempuan dapat dibeda-kan kedalam faktor interen dan
faktor eksteren. “Faktor interen adalah yang menyangkut identitas diri
perempuan itu sendiri sebagai aktor, yaitu (1) persepsi diri; (2) pengalaman
dan pengetahuan; dan (3) motivasi” (Rita, 1999 : 112). Sedangkan “faktor
eksteren adalah pendidikan dan nilai budaya dan norma sosial” (Stamm dan Riff,
1996 : 81).
Menurut Kluckhohn (dalam Koentjaraningrat,
1980 : 78) dalam kehidupan manusia, memerlukan lima hal penting yang menyangkut
nilai budaya, yaitu : (1) soal makna hidup manusia; (2) makna dari hubungan
manusia dengan alam sekitar; (3) persepsi manusia mengenai waktu; (4) makna
dari pekerjaan dan amal perbuatan manusia; (5) hubungan manusia dengan sesama
manusia. Selain mengacu kepada lima masalah dasar tersebut; juga penelitian ini
mengacu kepada teori lain dari Kluckhonn (dalam Koentjaraningrat, 1990), yaitu
: teori lapangan kehidupan yang menyangkut (1) lapangan kehidupan kekeluargaan;
(2) kehidupan ekonomi; (3) kehidupan sosial dan (4) lapangan kehidupan
keagamaan”.
Berpijak pada teori orientasi nilai budaya
dan teori dari teori lapang-an kehidupan Kluckhohn tersebut, maka dapat
dikemukakan bahwa peranan perempuan erat kaitanya dengan sistem nilai budaya
masyarakat dalam waktu dan tempat tertentu serta peranan perempuan dapat
dianalisis melalui empat lapangan kehidupan. Pada era industrialisasi dan
globalisasi abad ke-21 ini, diramalkan akan terjadi pelepasan pola 'keluarga
Besar' (extended-family) yang mengarah pada pola 'Keluar-ga Inti' (nuclear-family),
kondisi inipun dialami oleh keluarga dalam masyarakat etnik Sunda, antara
lain dengan indikator tempat tinggal keluarga akan ter-sebar, mobilitas sosial
tinggi, dukungan emosi yang lebih hangat karena terbebas dari tekanan dalam
memilih pasangan hidup dan timbulnya pilihan peran kerja atas dasar kriteria
prestasi, sehingga “peranganda perempuan akan terbagi ke dalam beberapa
alternatif peran” (Aida Vitalaya, 1995 : 19). Untuk itu perlu diteliti model
aktifitas yang manakah yang terdapat di dalam masyarakat etnik Sunda yang
merupakan manifestasi dari dukungan lingkungan sosialnya saat ini
3.
Desain penelitian
Penelitian
ini bersifat empiris dengan menggunakan metode pendekatan deskriptif-kualitatif
un-tuk menggambarkan dan menganalisis perilaku perempuan berkeluarga yang
bekerja dalam melaksanakan peran ganda, Pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara mendalam, langsung dengan subyek penelitian (informan).
4.
Waktu dan tempat penelitian
Selama
9 bulan yaitu Mei 1996 sampai dengan bulan Januari 1997 Penelitian lapangan
dilaksanakan mulai bulan selama 9 bulan, 7 bulan observasi partisipasi dengan
alokasi waktu wawancara yang tak terbatas, disesuaikan dengan kebutuhan
penelitian. Di 8 Kecamatan Wilayah Kabupaten Garut
5.
Sampel
Sejumlah
23 orang informan biasa dan informan kunci sebanyak 18 orang, yaitu suami,
teman sejawat dan tokoh masyarakat. . Penentuan informan dilakukan dengan
teknik ‘bola salju’ (Snowball-Technique).
6.
Instrumen
Pengumpulan
data, dipergunakan instrumen pengumpul data sebagai alat pendukung yang berupa
: Pedoman wawancara, Pedoman observasi, Alat perekam (Tape-recorder) dan
Kamera foto.
7.
Prosedure
Wanita yang akan menjadi responden dikumpulkan dan
didata kemudian dengan menggunakan tekhnik bola salju pada saat pemgambilan
sampel terpilihlah 23 orang dan kemudian dilakukan wawancara mendalam tentang
perannya dalam sebuah keluarga.
8.
Analisa data
Penelitian ini memperlihatkan bahwa telah terjadi
transformasi kesetaraan gender dengan bentuk kemitrasejajaran
perempuan-laki-laki, dalam hal ini akibat adanya persepsi positif dari perempuan
Sunda terhadap aktifitas peran-gandanya. Untuk menjaga stabilitas struktur dan
fungsi keluarga, maka perempuan Sunda mengem-bangkan (1) harapan anticipatory
dalam pelaksanaan perannya dan secara konsisten menerima peran kodrati
(mengandung, melahirkan dan menyusui); (2) laki-laki dalam hal ini suami;
mengembangkan konsensus dengan meningggalkan nilai yang membatasi ruang gerak
perempuan Sunda dan mengembangkan nilai budaya yang mendukung perempuan Sunda
untuk eksis di sektor publik. (3) lingkungan masyarakat Sunda mengembangkan
nilai budaya yang mendukung aktifitas peran-ganda, sebagai upaya pemberdayaan
perempuan. Dalam hal ini peran kodrati perempuan tetap menjadi tuntutan budaya
dan agama.
9.
Hasil
Hasil penelitian ini mengisyaratkan bahwa walaupun budaya
tradisional Sunda masih menempatkan perempuan di sektor domestik, namun
kekuatan budaya tradisional yang membatasi ruanggerak wanita, telah dianggap
negatif dan sudah tidak relevan lagi dengan dinamika masyarakatnya. Sehingga
perempuan memiliki 'pengakuan' dan legalitas dari masyarakat untuk tampil
sebagai pekerja atau pencari nafkah serta dapat berpartisipasi dalam kegiatan
kemasyarakatan. Berdasarkan temuan penelitian ini dapat dikemukakan bahwa
alternatif model peran-ganda yang dipilih oleh perempuan Sunda adalah ‘model
ideal’ atau model keseimbangan, karena perhatian terhadap keluarga dan
aktifitas di sektor publik memiliki proporsi yang seimbang; proporsi aktifitas
peran perempuan di sektor domestik sama besar dengan peran perempuan di sektor
publik (PSD = PSP). Dengan paradigma ‘trimatra-fungsional’ yang
melihat dimensi interaksi antara istri, suami dan anak dalam keluarga; sehingga
perbedaan struktur peran secara fungsional dapat terintegrasi dalam mewujudkan
keluarga sakinah mawaddah, warokhmah.
10.
Diskusi
Perempuan Sunda memiliki persepsi positif terhadap identitas
dirinya. Ini menunjang terhadap pelaksanaan peran domestik bahwa : (1)
pelaksanaan peran konvensional perempuan Sunda masih dipertahankan, yaitu
sebagai 'manager rumahtangga', walaupun terdapat beberapa perubahan dalam
teknik pelaksanaannya; (2) tugas ibu sebagai pendidik pertama dan utama, dalam
realitas saat ini merupakan tugas kedua orangtua. (ibu dan ayah), sehingga
pelaksanaan peran ibu sebagai pendidik pertama dan utama hanya dilaksanakan
hingga anak usia balita, selanjutnya bergeser menjadi peran ‘orang-tua’ (Ibu
dan ayah). Persepsi diri perempuan terhadap aktifitasnya di sektor publik
adalah bahwa (1) dengan bekerja, dapat memberikan kontribusi kepada keuangan
keluarga. (2) dengan bekerja dapat membina hubungan dengan orang lain di luar
lingkungan keluarga dan mendapat pengalaman bagi pengembangan wawasannya; (3)
dapat berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakat-an mengaktualisasikan diri
melalui pendidikan nonformal, seperti yang terungkap dalam beberapa babasan Sunda.
Persepsi suami terhadap aktifitas peranganda perempuan di sektor domestik
sebagai berikut : (1) istri diharapkan tidak meninggalkan kodratnya walaupun
melakukan pekerjaan nafkah untuk menunjang keuangan keluarga; (2) istri dan
suami secara bersama-sama memberikan perhatian ter-hadap pendidikan dan
kesehatan anak yang merupakan tanggungjawab kedua orangtua. (3) istri
dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam keluarga, karena suami-istri
sebagai mitraperan dalam keluarga. Persepsi positif dari suami tersebut,
menunjukkan bahwa keluarga sebagai jaringan hubungan sistem sosial berlangsung
dengan stabil, karena masing-masing anggotanya dapat melaksanakan fungsi dan
perannya yang sesuai dengan status masing-masing. Dengan adanya pergeseran
pelaksanaan peran istri, maka suami sebagai mitraperannya dapat melakukan
perubahan peran kontekstual secara adaptif, sehingga upaya mewujudkan
keberfungsian keluarga dapat terwujud. Persepsi suami terhadap aktifitas istri
di sektor publik :(1) Suami menghargai hak dan kewajiban istri dalam melakukan
aktifitas di luar rumah, karena dapat meningkatkan pengetahuan dan
mengembangkan wawasannya; (2) Memberi dukungan dan motivasi terhadap
perkembangan usaha atau karier istrinya. (3) Memberikan dukungan dengan
meninggalkan nilai yang sudah tidak relevan dengan dinamika masyarakat.
11.
Masukan
-
12.
Kelemahan penelitian
Penelitian yang tidak update
tentang keluarga menyebabkan adanya teori keluarga yang belum dapat dipraktekan
sehingga jurnal ini tidak dapat dijadikan sebagai rujukan tentang teori
keluarga.
Komentar
Posting Komentar