ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DI
BANGSAL SADEWA DENGAN RPK DAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
ANALISA DATA
No
|
Data
|
Problem
|
Etiologi
|
Diagnosa
keperawatan
|
1
|
Do: -
Ds:
- Klien
mengatakan sering melihat tuyul, pocong dan kuntilanak dan itu muncul secara
tiba-tiba
- Klien
mengatakan sering mencium bau-bau bunga
- Klien
juga mengatakan ada yang membisikinya saat dia marah dan mengatakan ” Ngopo
we koe?”
|
Gangguan persepsi sensori
|
Stress psikologi
|
Gangguan persepsi sensori b/d Stress
psikologi
|
2.
|
Do :
-
Tatapan klien tajam
-
Tatapan klien seperti menyimpan amarah yang
amat sangat
-
Saat klien berbicara terdengar suara yang
keras
Ds:
-
Klien mengatakan bahwa dia masuk ke RSJ
karena mengancam ingin membunuh kakanya karena masalah motor
-
Klien mengatakan dahulu sering berkelahi
dengan orang lain
|
Resiko perilaku kekerasan
|
Koping individu tidak efektif
|
Resiko perilku kekerasan b/d koping
individu tidak efektif
|
3
|
Do :
- Terlihat
banyak bekas luka di tangan klien akibat memukul tembok,
- Terlihat
adanya deformitas pada tulang klien akibat pukulan benda tumpul
DS:
-
Klien mengatakan saat marah dia memukul
tembok untuk melampiaskan marahnya
|
Resiko Mencederai Diri
Sendiri, Orang Lain,
|
Perilaku
Kekerasan
|
Resiko Mencederai Diri
Sendiri, Orang Lain, Lingkungan berhubungan dengan Perilaku Kekerasan
|
Diagnosa Keperawatan
:
1. Gangguan
persepsi sensori b/d Stress psikologi d/d Klien mengatakan sering melihat
tuyul, pocong dan kuntilanak dan itu muncul secara tiba-tiba , Klien
mengatakan sering mencium bau-bau bunga , Klien juga mengatakan ada yang
membisikinya saat dia marah dan mengatakan ” Ngopo we koe?”
|
2. Resiko
perilku kekerasan b/d koping individu tidak efektif d/d Tatapan klien tajam, Tatapan
klien seperti menyimpan amarah yang amat sangat , Saat klien berbicara
terdengar suara yang keras , Klien mengatakan bahwa dia masuk ke RSJ karena
mengancam ingin membunuh kakanya karena masalah motor, dan Klien mengatakan
dahulu sering berkelahi dengan orang lain
|
3. Resiko
Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan berhubungan dengan Perilaku
Kekerasan d/d Terlihat banyak bekas luka di tangan klien
akibat memukul tembok, Terlihat adanya
deformitas pada tulang klien akibat pukulan benda tumpul, Klien mengatakan
saat marah dia memukul tembok untuk melampiaskan marahnya
.
|
Rencana keperawatan
Diagnosa
|
Tujuan
|
Kriteria
hasil
|
Intervensi
|
Resiko
menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
|
TUM:
Klien
dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawab.
TUK
1:
Klien
dapat membina hubungan saling percaya.
TUK
2:
Klien
dapat mengidentifikasi kemampuan penyebab kekerasan
TUK
3 :
Klien
dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
TUK
4;
Klien
dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
TUK
5;
Klien
dapat mengidentikasi akibat perilaku kekerasan
TUK
6 :
Klien
dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
TUK
7 :
Klien
dapat menggunakan obat dengan benar ( sesuai dengan program )
|
ü klien
mau membalas salam
ü klien
mau menjabat tangan
ü klien
mau menyebut nama
ü klien
mau tersenyum
ü klien
mau kontak mata
ü klien
mau mengetahui nama perawat
ü klien
mengungkapkan perasaanya
ü klien
dapat mengungkapkan penyebab perasaan marah dari lingkungan atau orang lain
1.
ü klien
mampu mengungkapkan perasaan saat marah/jengkel
ü klien
dapat menyimpulkan tanda-tanda marah yang dialami.
1
ü Klien
dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
ü Klien
dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
ü Klien
dapat mengetahui cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan masalah
1.
ü Klien
dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan
ü Akibat
pada klien sendiri
ü Akibat
pada orang lain
ü akibat
pada lingkungan
ü klien
dapat menyebutkan contoh pencegahan perilaku kekerasan secara :
- Fisik: Tarik nafas dalam , olah raga,
memukul bantal
- Verbal: Mengatakan secara langsung
dengan tidak menyakiti.
ü
klien dapat mendemonstrasikan cara
fisik (memukul bantal) untuk mencegah perilaku kekerasan.
ü
Klien dapat menyebut kan obat –
obat yang di minum dan kegunaanya ( jenis ,waktu,dosis,dan efek )
ü
Klien dapat minum obat sesuai
program pengobatan
|
1. beri
salam panggil nama
2. sebutkan
nama perawat sambil jabat tangan
3. jelaskan
maksud hubungan interaksi
4. jelaskan
kontrak yang akan dibahas
5. beri
rasa aman dan simpati
6. lakukan
kontak mata singkat tapi sering
1.
beri kesempatan untuk
mengungkapkan perasaan
2. bantu
klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal
Anjurkan klien mengungkapkan apa
yang dialami dan dirasakan saat marah
2. Observasi
tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien
3. Simpulkan
bersama klien tanda dan gejala kesal yang di alami
1.
Anjurkan klien untuk mengungkapkan
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien .
2. Bantu
klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
3. Bicarakan
dengan klien apakah dengan cara yang dilakukan klien masalahnya selesai
1.
bicarakan akibat dan cara yang
dilakukan klien
2. bersama
klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien
3.
Bantu klien memilih cara yang
paling tepat untuk klien
2. Bantu
klien untuk menstimulasikan cara tersebut atau dengan role play
4. Beri
reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasikan cara tersebut
5. Anjurkan
klien untuk menggunakan cara yang dipelajari saat jengkel atau marah.
Jelaskan jenis-jenis obat yang di minum
pada klien dan keluarga.
2.Diskusikan manfaat minum obat dan
kerugian berhenti minum obat tanpa seijin dokter
3.Jelaskan prinsip benar minum obat(baca
nama yg tertera pd botol obat,dosis obat ,waktu dan cara minum)
1.Anjurkan klien minum obat tepat waktu
2.Anjurkan klien melaporkan pada perawat
atau dokter jika merasakan efek yang tidak menyenang kan
3.Beri pujian jika klien minum obat dengan
benar.
|
CATATAN PERKEMBANGAN
HARI/TGL
|
NO. DX
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
Senin, 11 Mei 2015
|
1
|
Jam 09.00 : melakukan pengkajian
Jam 10.00 :
- membina hubungan saling percaya
- melakukan pendekatan
dan mengkaji pengetahuan klien tentang tanda dan gejala akan marah
|
S : klien tampak
senang berinteraksi
O : - klien tampak
sudah mau bercerita tentang dirinya
- klien menyebutkan tentang tanda dan
gejala marah
A
: resiko perilaku kekerasan
P : SP 1
|
Selasa, 12 Mei 2015
|
1
|
Jam 09.30 : melakukan
kegiatan yaitu melatih nafas dalam ke pasien
Jam 10.00: mengobservasi kegiatan selama di bangsal
|
S: - klien
mengatakan bahwa sudah mengerti cara mengontrol marah dengan tarik nafas
dalam
O : - klien tampak mampu mengulangi teknik nafas
dalam
A ; SP 1 teratasi
P : - SP 2
|
Rabu, 13
Mei 2015
|
1
|
Jam 09.00: mengajarkan latihan mengontrol marah dengan
memukul bantal
Jam 09.45 : mengobservasi
kegiatan yang dilakukan klien selama
dibangsal
|
S : - klien mengatakan tahu cara memukul bantal
saat akan marah
O : - klien terlihat bisa mengulang kegiatan
memukul bantal
A : SP 2
teratasi
P : TAK
|
A. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien :
Membina hubungan saling percaya,
identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku
kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I
Orientasi:
“Selamat Pagi Mas, perkenalkan
nama saya Fistalina Sukmianti, panggil saya Fista saya mahasiswa
Keperawatan dari Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta yang akan praktek disini
selama 4 minggu. Hari ini saya dinas
pagi dari pkl. 07.00-14.00. Saya yang akan merawat bapak selama Mas di rumah
sakit ini. Nama mas siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan Mas saat
ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah Mas”
“Berapa lama Mas mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10
menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, mas? Bagaimana
kalau di ruang tamu?”
Kerja :
“Apa yang menyebabkan mas
marah?, Apakah sebelumnya mas pernah marah? Terus, penyebabnya apa?
Samakah dengan yang sekarang?.
“Apakah Mas merasakan
kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup
rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang Mas lakukan?. Apa kerugian cara yang Mas
lakukan? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkanrasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita
belajar satu cara dulu?”
”Begini Mas, kalau tanda-tanda marah
tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan
sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui mulut seperti
mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan
tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, Mas sudah bisa melakukannya. Bagaimana
perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini Mas lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”
Terminasi :
“Oya Mas, karena sudah 10
menit, apakah perbincangan ini mau diakhiri atau dilanjutkan?”
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan Mas?”
”Iya jadi ada 2 penyebab Mas marah ........ (sebutkan)
dan yang bapak rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah Mas yang lalu, apa yang Mas lakukan kalau marah
yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya Mas. ‘Sekarang kita buat
jadual latihannya ya mas, berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam?,
jam berapa saja Mas?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang
lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya Mas”
|
SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2
a.
Evaluasi latihan nafas dalam
b.
Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan
bantal
c.
Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
Orientasi :
“Selamat Pagi Mas, sesuai dengan
janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang lagi”
“Bagaimana perasaan
bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak mas?”
“Baik, sekarang kita
akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk cara
yang kedua”
“Mau berapa lama?
Bagaimana kalau 20 menit?”
Dimana kita bicara?Bagaimana
kalau di ruang tamu?”
Kerja :“Kalau ada yang menyebabkan mas marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur
dan bantal. Mana kamar mas? Jadi kalau nanti mas kesal dan ingin marah,
langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan
bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali mas
melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan
ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun
dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa
merapikan tempat tidurnya”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan mas
setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
“Ada berapa cara
yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak.
Pukul kasur bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam
15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara
tadi ya mas. Sekarang kita buat jadwalnya ya mas ,
mau berapa kali sehari mas latihan
memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan
cara mengontrol marah dengan belajar bicara yang baik. Mau jam berapa mas?
Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”
|
SP 3 Pasien :
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal :
a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
b.
Latihan mengungkapkan rasa marah secara
verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan
baik.
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
Orientasi :
“Selamat Pagi mas, sesuai dengan janji
saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana mas, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul
kasur bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya
dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu
atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa
melakukan
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah
marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang
sama?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?”
Kerja :
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah.
Kalau marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan
bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita
marah. Ada tiga caranya mas: Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara
yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar.”
Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada
kerjaan’. Coba mas praktekkan. Bagus mas ”
Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal mas dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu
itu’. Coba praktekkan. Bagus”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan mas setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
“Coba mas sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali
sehari mas mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”
Coba masukkan dalam jadual
latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus nanti dicoba ya mas!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi
kita ketemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah mas
yaitu dengan cara ibadah, mas setuju? Mau di mana mas? Di sini lagi? Baik
sampai nanti
|
Komentar
Posting Komentar