Langsung ke konten utama

tata cara ibadah pada pasien dengan terpasang kateter



Taharah dan Shalat
(Tata Cara Ibadah Pada Pasien dengan Terpasang Kateter)

1.       Persiapan alat
ü  Air Bersih
ü  Kassa bersih
ü  Kain bersih

2.      Tahap Pra Interaksi
ü  Melakukan verifikasi order yaitu akan mengajarkan pasien dengan nama Ny. I untuk melakukan taharah dan shalat
ü  Mempersiapkan alat-alat
ü  Mempersiapkan lingkungan klien : kenyamanan klien, menjaga privasi klien dengan menutup korden

3.      Tahap Orientasi
ü  Ucapkan salam, mencocokkan identitas pasien dengan melihat gelang identitas pasien
ü  Memperkenalkan diri (“perkenalkan ibu saya dengan perawat Neza”)
ü  Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien/ keluarga
(“ Ibu I, hari ini maksud dan tujuan saya kesini yaitu untuk mengajarkan ibu bagaimana tata cara taharah dan shalat dikarenakan ibu sedang terpasang selang pipis dan tidak bisa turun dari tempat tidur”)
ü  Klarifikasi kontrak waktu dan kesediaan pasien
(“Ibu I, kegiatan kita hari ini akan dilakukan selama lebih kurang 10 menit. Bagaimana ibu, apa ibu bersedia?”
ü  Beri kesempatan klien untuk bertanya
(“Baiklah kalau ibu menyetujui tindakan ini, sebelum kita memulai apakah ada yang ingin ibu tanyakan? Baiklah kalau memang tidak ada bisa langsung kita mulai yah ibu”
ü  Persiapkan alat didekat pasien

4.      Tahap Kerja
ü  Lakukan pengosongan urine bag terlebih dahulu
ü  Usap ujung tempat pengeluaran urin pada urine bag dengan kassa atau kain bersih yang telah dibasahi dengan air
ü  Jika pasien mampu, wudhu dilakukan sendiri dengan air suci, jika pasien tidak mampu berwudhu sendiri, maka perawat/keluarga membantu pasien untuk berwudhu dengan air suci.
ü  Berniat wudhu (didalam hati) untuk menghilangkan hadas
ü  Mengucapkan bismillah
ü  Membasuh kedua telapak tangan
ü  Membasuh seluruh wajah
ü  Membasuh tangan kanan dan kiri hingga siku
ü  Menyapu seluruh kepala
ü  Membasuh kaki kanan dan kiri hingga mata kaki

5.      Tahap Terminasi
ü  Evaluasi respon, perasaan dan kondisi pasien
(“Ibu I, kegiatannya sudah selesai dilakukan, bagaimana perasaan ibu setelah kita lakukan kegiatan ini?”)
Respon pasien : pasien mengatakan bahwa merasa lega dan senang sudah bisa shalat dan tau bagaimana tata cara berwudhu saat sedang sakit.
ü  Simpulkan hasil kegiatan
(“Ibu< seteah dilakukan kegiatan taharah dan shalat ini data disimpulkan bahwa Ibu I sudah mampu dan mengerti bagaimana tata cara taharah dan shalat ya Ibu”)
ü  Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
(“Ibu, karena kegiatan ini sudah selesai kita lakukan maka saya akhiri kegiatan saya, nanti pada saat setelah jam makan siang saya akan kesini lagi untuk melakukan pengecekan tanda tanda vital ibu yah”)
ü  Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai tindakan

6.      Dokumentasi
Nama                        : Ibu I
Usia                          : 55 Tahun
Tindakan                  : Tata cara Taharah dan shalat
Hari / Tanggal          : Selasa, 30 Desember 2014
S       : Klien mengatakan bahwa merasa lega dan senang sudah bisa taharah dan bisa melakukan shalat.
O      : Pasien tampak bisa melakukan taharah (wudhu) dengan mandiri tanpa dibantu oleh perawat dan keluarga
A      : -
P       : melakukan pengecekan tanda tanda vital pada Klien

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOP Bladder Training

Bladder Training 1.       Persiapan Alat ü   Klem kateter/ klem arteri ü   Penampung urin (pispot) ü   Alat pelindung diri (APD) 2.       Tahap Pra Interaksi ü   Verifikasi order : akan melakukan bladder training pada klien Ibu M. ü   Siapkan alat-alat ü   Siap bertemu dengan klien 3.       Tahap Orientasi ü   Berikan salam, panggil klien dengan nama serta memperkenalkan diri (“permisi Ibu< benar ini dengan Ibu M? oiyah baiklah ibu, perkenalkan ibu saya perawat Neza yang hari ini bertugas hari ini dari pukul 08.00 hingga pukul 14.00 siang nanti”) ü   Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan keluarga (“Ibu , tujuan saya kesini yaitu akan melakukan bladder training, maksudnya yaitu ibu sedang terpasang selang pipis jadi agar ibu tidak terlalu bergantung dengan selang pipis maka akan saya latih pelan-pelan agar mampu nanti nya pipis dengan lancer dan normal apabila selang pipis telah dilepaskan. Mengingat kondisi ibu yang sudah semakin m

Laporan Pendahuluan Kebutuhan aman dan Nyaman :Nyeri Akut

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN : NYERI AKUT A.       DEFINISI Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan, yang bersifat subyektif, yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan dan potensial kerusakan (Internasional Assosiation for the Study of Pain [IASP], 2012). Nyeri bersifat sangat individual yang dipengaruhi aspek biologi, sosial, dan spiritual. Sedangkan menurut NANDA Nursing Diagnosis (2011), nyeri adalah ketidaknyamanan sendori dan pengalaman emosional disebabkan adanya kerusakan jaringan secara aktual maupun potensial. Secara umum, nyeri dikategorikan menjadi nyeri akut dan nyeri kronik. Menurut NANDA (2011) nyeri akut adalah nyeri kurang dari 6 bulan dan nyeri Kronis adalah nyeri dengan durasi lebih dari 6 bulan. Pengkategorian tersebut sesuai dengan Smeltzer dan Barae (2010) bahwa nyeri dinyatakan kronis jika telah timbul selama 6 bulan atau lebih, terlalu lama untuk mengungkapkan bahwa nyeri termasuk nyeri kro

Laporan Pendahuluan Kebutuhan Pola Eliminasi

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEBUTUHAN POLA ELIMINASI : DIARE A.       DEFINISI Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh. Pembuangan dapat melalui urine atau bowel. (Tarwoto&Wartonah, 2006). Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan jarang buang air besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan huknah, baik huknah tinggi maupun huknah rendah. Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon desenden dengan menggunakan kanul rekti. Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa bowel (feses). Pengeluaran feses yang sering, dalam jumlah besar dan karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan rendahnya insiden kanker kolorektal (Robinson& Weigley, 1989). Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekwensi de