PENGKAJIAN DAN PENCEGAHAN JATUH PADA LANSIA
FAKTOR RISIKO
Untuk dapat memahami
faktor risiko jatuh, maka harus dimengerti bahwa stabilitas badan ditentukan
atau dibentuk oleh:
- Sistem sensori
Yang berperan di dalamnya adalah: visus
(penglihatan), pendengaran, fungsi vestibuler, dan proprioseptif. Semua
gangguan atau perubahan pada mata akan menimbulkan gangguan penglihatan. Semua
penyakit telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran. Vertigo tipe perifer
sering terjadi pada lansia yang diduga karena adanya perubahan fungsi
vestibuler akibat proses manua. Neuropati perifer dan penyakit degeneratif
leher akan mengganggu fungsi proprioseptif (Tinetti, 1992). Gangguan sensorik
tersebut menyebabkan hampir sepertiga
penderita lansia mengalami sensasi abnormal pada saat dilakukan uji klinik.
- Sistem saraf pusat (SSP)
SSP akan memberikan respon motorik untuk
mengantisipasi input sensorik. Penyakit SSP seperti stroke, Parkinson,
hidrosefalus tekanan normal, sering diderita oleh lansia dan menyebabkan
gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak baik terhadap input sensorik (Tinetti,
1992).
- Kognitif
Pada beberapa penelitian, dementia diasosiasikan
dengan meningkatkan risiko jatuh.
- Muskuloskeletal (Reuben, 1996; Tinetti, 1992; Kane, 1994; Campbell, 1987; Brocklehurs, 1987).
Faktor ini disebutkan oleh beberapa peneliti
merupakan faktor yang benar-benar murni milik lansia yang berperan besar
terhadap terjadinya jatuh. Gangguan muskuloskeletal. Menyebabkan gangguan gaya
berjalan (gait) dan ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis.
Gangguan gait yang terjadi akibat proses menua tersebut antara lain disebabkan
oleh:
Kekakuan
jaringan penghubung
Berkurangnya
massa otot
Perlambatan
konduksi saraf
Penurunan
visus/lapang pandang
Kerusakan
proprioseptif
Yang kesemuanya menyebabkan:
Penurunan
range of motion (ROM) sendi
Penurunan
kekuatan otot, terutama menyebabkan kelemahan ekstremitas bawah
Perpanjangan
waktu reaksi
Kerusakan
persepsi dalam
Peningkatan
postural sway (goyangan badan)
Semua perubahan tersebut
mengakibatkan kelambanan gerak, langkah yang pendek, penurunan irama, dan
pelebaran bantuan basal. Kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan lebih
cenderung gampang goyah. Perlambatan reaksi mengakibatkan seorang lansia
susah/terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan seperti terpleset,
tersandung, kejadian tiba-tiba, sehingga memudahkan jatuh.
Secara singkat faktor risiko
jatuh pada lansia dibagi dalam dua golongan besar, yaitu: (Kane, 1994)
1. faktor-faktor intrinsik (faktor dari
dalam)
2. faktor-faktor ekstrinsik (faktor dari luar)
Faktor Intrinsik Faktor
Ekstrinsik
Kondisi fisik dan Obat-obat yang diminum
Neuropsikiatrik
FALLS
Penurunan virus dan (JATUH) Alat-alat
bantu berjalan
Pendengaran
Perubahan neuro muskuler Lingkungan yang tidak)
gaya berjalan dan reflek mendukung(berbahaya
postural karena proses menua
PENYEBAB-PENYEBAB JATUH PADA LANSIA
Penyebab jatuh pada lansia
biasanya merupakan gabungan beberapa faktor, antara lain: (Kane, 1994; Reuben ,
1996; Tinetti, 1992; campbell, 1987; Brocklehurs, 1987).
1. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh
yang utama (30-50% kasus jatuh lansia)
Murni
kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung
Gabungan
antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan akibat proses menua
misalnya karena mata kurang awas, benda-benda yang ada di rumah tertabrak, lalu
jatuh
2. Nyeri kepala dan atau vertigo
3. Hipotensi orthostatic
Hipovilemia
/ curah jantung rendah
Disfungsi
otonom
Penurunan
kembalinya darah vena ke jantung
Terlalu
lama berbaring
Pengaruh
obat-obat hipotensi
Hipotensi
sesudah makan
4. Obat-obatan
§ Diuretik/antihipertensi
§ Antidepresen trisiklik
§ Sedativa
§ Antipsikotik
§ Obat-obat hipoglikemia
§ Alkohol
5. Proses penyakit yang spesifik
Penyakit-penyakit akut
seperti:
Kardiovaskuler : - aritmia
- stenosis aorta
- sinkope sinus carotis
Neurologi : - TIA
- stroke
- serangan kejang
- Parkinson
- Kompresi saraf spinal karena spondilosis
- Penyakit serebelum
6. Idiopatik ( tak jelas sebabnya)
7. Sinkope : kehilangan kesadaransecara
tiba-tiba
- Drop attack (serangan roboh)
- Penurunan darah ke otak
secara tiba-tiba
- Terbakar matahari
FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN YANG SERING DIHUBUNGKAN DENGAN KECELAKAAN DENGAN
LANSIA
1. alat-alat atau perlengkapan rumah tangga
yang sudah tua, tidak stabil, atau tergeletak di bawah
2. tempat tidur atau WC yang rendah /
jongkok
3. tempat berpegangan yang tidak kuat /
tidak mudah dipegang
-
Lantai
yang tidak datar baik ada trapnya atau menurun
-
Karpet
yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal / menekuk pinggirnya, dan
benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser
-
Lantai
yang licin atau basah
-
Penerangan
yang tidak baik (kurang atau menyilaukan)
-
Alat
bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya
FAKTOR-FAKTOR SITUASIONAL YANG MUNGKIN MEMPRESIPITASI JATUH ANTARA LAIN:
(Reuben, 1996; Campbell, 1987)
1. Aktivitas
Sebagian besar jatuh terjadi
pada saat lansia melakukan aktivitas biasa seperti berjalan, naik atau turun
tangga, mengganti posisi. Hanya sedikit sekali (5%), jatuh terjadi pada saat
lansia melakukan aktivitas berbahaya seperti mendaki gunung atau olahraga
berat. Jatuh juga sering terjadi pada lansia dengan banyak kegiatan dan
olahraga, mungkin disebabkan oleh kelelahan atau terpapar bahaya yang lebih
banyak. Jatuh juga sering terjadi pada
lansia yang imobil (jarang bergerak) ketika tiba-tiba dia ingin pindah tempat
atau mengambil sesuatu tanpa pertolongan.
2. Lingkungan
Sekitar 70% jatuh pada
lansia terjadi di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan kejadian jatuh saat
turun tangga lebih banyak dibanding saat naik, yang lainnya terjadi karena
tersandung / menabrak benda perlengkapan rumah tangga, lantai yang licin atau
tak rata, penerangan ruang yang kurang
3. Penyakit Akut
Dizzines dan syncope, sering
menyebabkan jatuh. Eksaserbasi akut dari penyakit kronik yang diderita lansia
juga sering menyebabkan jatuh, misalnya sesak nafas akut pada penderita
penyakit paru obstruktif menahun, nyeri dada tiba-tiba pada penderita penyakit
jantung iskenmik, dan lain-lain.
KOMPLIKASI
Jatuh pada lansia
menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti: (Kane, 1994; Van-der-Cammen, 1991)
1) Perlukaan (injury)
- Rusaknya jaringan lunak yang terasa
sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri /
vena
- Patah tulang (fraktur) :
Pelvis
Femur
(terutama kollum)
Humerus
Lengan
bawah
Tungkai
bawah
Kista
- Hematom subdural
2) Perawatan rumah sakit
- Komplikasi akibat tidak dapat bergerak
(imobilisasi)
- Risiko penyakit-penyakit iatrogenik
3) Disabilitas
- Penurunan mobilitas yang berhubungan
dengan perlukaan fisik
- Penurunan mobilitas akibat jatuh,
kehilangan kepercayaan diri, dan pembatasan gerak
4) Risiko untuk dimasukkan dalam rumah
perawatan (nursing home)
5) Mati
PENCEGAHAN
Usaha pencegahan merupakan
langkah yang harus dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh pasti terjadi
komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan.
Ada 3 usaha pokok untuk
pencegahan, antara lain : (Tinetti, 1992; Van-der-Cammen, 1991; Reuben, 1996)
1. Identifikasi faktor resiko
Pada setiap lansia perlu
dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor intrinsik risiko jatuh, perlu
dilakukan assesmen keadaan sensorik, neurologik, muskuloskeletal dan penyakit
sistemik yang sering mendasari / menyebabkan jatuh.
Keadaan leingkungan rumah
yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah
harus cukup tetapi tidak menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, bersih
dari benda-benda kecil yang susah dilihat. Peralatan rumah tangga yangsudah
tidak aman (lapuk, dapat bergeser sendiri) sebaiknya diganti, peralatan rumah
ini sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jalan/tempat
aktifitas lansia. Kamar mandi dibuat tidak licin, sebaiknya diberi pegangan
pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan
diberi pegangan di dinding.
Obat-obatan yang
menyebabkanhipotensi postural, hipoglikemik atau penurunan kewaspadaan harus
diberikan sangat selektif dan dengan penjelasan yang komprehensif pada lansia
dan keluargannya tentang risiko terjadinya jatuh akibat minum obat tertentu.
Alat bantu berjalan yang
dipakai lansia baik berupa tongkat, tripod, kruk atau walker harus dibuat dari
bahan yang kuat tetapi ringan, aman tidak mudah bergeser serta sesuai dengan
ukuran tinggi badan lansia.
2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan
(gait)
Setiap lansia harus
dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam melakukan gerakan pindah
tempat, pindah posisi. Penilaian postural sway sangat diperlukan untuk mencegah
terjadinya jatuh pada lansia. Bila goyangan badan pada saat berjalan sangat
berisiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medik.
Penilaian gaya berjalan (gait) juga harus dilakukan dengan cermat apakah
penderita mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot
ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu
harus dikoreksi bila terdapat kelainan/penurunan.
3. Mengatur / mengatasi fraktur situasional
Faktor situasional yang
bersifat serangan akut / eksaserbasi akut, penyakit yang dideriata lansia dapat
dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lansia secara periodik. Faktor
situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan mengusahakan perbaikan
lingkungan seperti tersebut diatas. Faktor situasional yang berupa aktifitas
fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan penderita. Perlu
diberitahukan pada penderita aktifitas fisik seberapa jauh yang aman bagi
penderita, aktifitas tersebut tidak boleh melampaui batasan yang diperbolehkan
baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Bila lansia sehat dan tidak ada
batasan aktifitas fisik, maka dianjurkan lansia tidak melakukan aktifitas fisik
sangat melelahkan atau beresiko tinggi untuk terjadinya jatuh.
PENDEKATAN DIAGNOSTIK
Setiap penderita lansia
jatuh, harus dilakukan assesmen seperti dibawah ini : (Kane, 1994; Fischer,
1982)
- Riwayat Penyakit (Jatuh)
Anamnesis dilakukan baik
terhadap penderita ataupun saksi mata jatuh atau keluarganya. Anamnesis ini
meliputi :
1. Seputar jatuh : mencari penyebab jatuh
misalnya terpeleset, tersandung, berjalan, perubahan posisi badan, waktu mau berdiri dari jongkok, sedang
makan, sedang buang air kecil atau besar, sedang batuk atau bersin, sedang
menoleh tiba-yiba atau aktivitas lain
2. Gejala yang menyertai : nyeri dada,
berdebar-debar, nyeri kepala tiba-tiba, vertigo, pingsan, lemas, konfusio,
inkontinens, sesak nafas.
3. Kondisi komorbid yang relevan :pernah
stroke,Parkinsonism, osteoporosis,
sering kejang, penyakit
jantung, rematik, depresi, defisit sensorik.
4. Review obat-obatan yang diminum :
antihipertensi, diuretik, autonomik bloker, antidepresan, hipnotik, anxiolitik,
analgetik, psikotropik.
5. Review keadaan lingkungan : tempat jatuh,
rumah maupun tempat-tempat kegiatannya.
- Pemeriksaan Fisik
1. Tanda vital : nadi, tensi, respirasi, suhu
badan (panas/hipotermi)
2. Kepala dan leher : penurunan visus,
penurunan pendengaran, nistagmus, gerakan yang menginduksi ketidakseimbangan,
bising
3. Jantung : aritmia, kelainan katup
4. Neurologi : perubahan status mental,
defisit fokal, neuropati perifer, kelemahan otot, instabilitas, kekakuan,
tremor.
5. Muskuloskeletal : perubahan sendi,
pembatasan gerak sendi problem kaki (podiatrik), deformitas.
- Assesmen Fungsional
Dilakukan observasi atau pencarian terhadap :
1. Fungsi gait dan keseimbangan : observasi
pasien ketika bangku dari duduk dikursi, ketika berjalan, ketika membelok atau
berputar badan, ketika mau duduk dibawah.
2. Mobilitas : dapat berjalan sendiri tanpa
bantuan, menggunakan alat bantu, memakai kursi roda atau dibantu
3. Aktifitas kehidupan sehari-hari : mandi,
berpakaian, bepergian, kontinens.
PENATALAKSANAAN (Reuben, 1996; Kane, 1994; Tinetti, 1992)
Tujuan penatalaksanaan ini
untuk mencegah terjadinya jatuh berulang dan menerapi komplikasi yang terjadi,
mengembalikan fungsi AKS terbaik, mengembalikan kepercayaan diri penderita.
Penatalaksanaan penderita
jatuh dengan mengatasi atau meneliminasi faktor risiko, penyebab jatuh dan
menangani komplikasinya. Penatalaksanaan ini harus terpadu dan membutuhkan kerja
tim yang terdiri dari dokter (geriatrik, neurologik, bedah ortopedi,
rehabilitasi medik, psikiatrik, dll), sosiomedik, arsitek dan keluarga
penderita.
Penatalaksanaan
bersifatindividual, artinya berbeda untuk setiap kasus karena perbedaan
faktor-faktor yang bekerjasama mengakibatkan jatuh. Bila penyebab merupakan
penyakit akut penanganannya menjadi lebih mudah, sederhanma, dan langsung bisa
menghilangkan penyebab jatuh serta efektif. Tetapi lebih banyak pasien jatuh
karena kondisi kronik, multifaktorial sehingga diperlukan terapi gabungan antara
obat rehabilitasi, perbaikan lingkungan, dan perbaikan kebiasaan lansia itu.
Pada kasus lain intervensi diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh ulangan,
misalnya pembatasan bepergian/aktifitas fisik, penggunaan alat bantu gerak.
Untuk penderita dengan
kelemahan otot ekstremitas bawah dan penurunan fungsional terapi difokuskan
untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot sehingga memperbaiki
nfungsionalnya. Sayangnya sering terjadi kesalahan, terapi rehabilitasi hanya
diberikan sesaat sewaktu penderita mengalami jatuh, padahal terapi ini
diperlukan terus-menerus sampai terjadi peningkatan kekuatan otot dan status
fumgsional. Penelitian yang dilakukan dalam waktu satu tahun di Amerika Serikat
terhadap pasien jatuh umur lebih dari 75 tahun, didapatkanpeningkatan kekuatan
otot dan ketahanannya baru terlihat nyata setelah menjalani terapi rehabilitasi
3 bulan, semakin lama lansia melakukan latihan semakin baik kekuatannya.
Terapi untuk penderita
dengan penurunan gait dan keseimbangan difokuskan untuk mengatasi/mengeliminasi
penyebabnya/faktor yang mendasarinya. Penderita dimasukkan dalam program gait
training, latihan strengthening dan pemberian alat bantu jalan. Biasanya
program rehabilitasi ini dipimpin oleh fisioterapis. Program ini sangatmembantu
penderita dengan stroke, fraktur kolum femoris, arthritis, Parkinsonisme.
Penderita dengan dissines
sindrom, terapi ditujukan pada penyakit kardiovaskuler yang mendasari,
menghentikan obat-obat yang menyebabkan hipotensi postural seperti beta bloker,
diuretik, anti depresan, dll.
Terapi yang tidak boleh
dilupakan adalah memperbaiki lingkungan rumah/tempat kegiatan lansia seperti di
pencegahan jatuh.
KESIMPULAN
Jatuh merupakan salah satu
geriatric giant, sering terjadi pada usia lanjut, penyebab tersering adalah
masalah di dalam dirinya sendiri (gangguan gait, sensorik, kognitif, sistem
syaraf pusat) didukung oleh keadaan lingkungan rumahnya yang berbahaya (alat
rumah tangga yang tua/tidak stabil, lantai yang licin dan tidak rata, dll).
Jatuh sering mengakibatkan
komplikasi dari yang paling ringan berupa memar dan keseleo sampai dengan patah
tulang bahkan kematian, oleh karena itu harys dicegah agar jatuh tidak terjadi
berulang-ulang,dengan cara identifikasi faktor risiko, penilaian keseimbangan
dan gaya berjalan, serta mengatur/mengatasi faktor situasional.
Pada prinsipnya mencegah
terjadinyajatuh pada usia lanjut sangat penting dan lebih utama daripada
mengobati akibatnya.
REFERENSI:
Gallo,Joseph.1998.Buku Saku Gerontologi.Jakarta:Buku Kedokteran EGC
Nugroho, Wahjudi.1995.Perawatan Lanjut Usia.Jakarta:Buku Kedokteran EGC
Komentar
Posting Komentar